Mimpi (1) : Fasilitas Perumahan untuk Burung-Burung

Disini, di taman kota ini matahari sudah beranjak siang, sinarnya sudah mulai terasa panas. Angin semilir, membelai sayang. Dan saya berada entah dimana.
Dalam sebuah diskusi terjadi argumentasi, diskusi tentang indikator kemakmuran sebuah daerah dihadiri oleh sejumlah pakar. Ada yang berpendapat bahwa tingkat pengangguran adalah indikator utama, ada yg bilang tingkat pendidikan, ada yang bilang pembangunan fisik, keamanan, ekonomi, dst...dst...
'Hey...., anda dari tadi diam saja. Anda diundang dalam 'FGD' ini untuk ngasi pendapat, anda juga dibayar untuk itu', seorang mederator menunjuk langsung ke muka saya.
Duh..., saya gelagapan, malu. Kok tiba-tiba saja berada di ruangan ini, merasa tidak pantas. Tidak pantas karena memang kemampuan tidak ada, bicara juga masih kangin-kauh, dan satu lagi kok saya juga bawa sapu lidi dan pengki (serok sampah). Udara ruangan dingin ber'AC jadi panas, tanpa terasa bulir-bulir peluh meleleh dan meluncur dari kepala yang kemudian tertahan alis lebat ini.
Malu ditunjuk muka seperti itu, langsung saja saya menjawab. Dan anehnya saya kok bisa bicara lancar, biasanya gagap ngga' ketulungan.
'Begini Bapak-Bapak, juga Ibu-Ibu semuanya. Menurut saya indikator kemakmuran sebuah daerah adalah apabila di daerah, desa atau kota lingkungannya bersih, hijau, rapi. Dan yang paling penting adanya pembangunan fasilitas perumahan untuk burung-burung. Mereka bisa hidup lestari, tidak diburu dan ditangkapi terus. Kalau ada fasilitas seperti ini, pastilah sebuah daerah cukup atau sudah makmur.
Keruan saja peserta tertawa, berisik banget, seperti anak-anak SD pulang sekolah. Saya merasa terganggu, suara ribut ribut semakin keras, mereka kini berlari ke arah saya menggoyang-goyang tubuh yang sudah mulai menambun karena malas berolahraga.
'Pak...Pak...bangun, jangan tidur disini, lapangan ini mau kami pakai olahraga. Kalau mau tidur...pulang sana....!!!'

Komentar