EDA CLAPAT-CLAPAT...!!!
Da clapat-clapat atau eda clapat-clapat mungkin masih sangat asing bagi telinga insan milenial saat ini. Buat kuping saya yang masih produksi era ' baby boomer' tentu masih sangat akrab dengan kalimat pendek tersebut. Dulu, nenek sering
menasehati saya dengan kata-kata ini. Eda clapat-clapat bila diterjemahkan
bebas ke dalam Bahasa Indonesia, berarti ‘jangan ke luar’ (rumah) ; jangan
keluyuran’. Keluyuran pada kata clapat-clapat bukan hanya berarti sekedar keluar rumah tanpa tujuan. Ke luar
rumah dengan tujuan penting pun bila dilakukan pada jam-jam (durasi waktu
tertentu, yang dianggap ‘waktu larangan’ juga disebut clapat-clapat, misalnya: tengah hari (tengai nepet), senja
hari (sandya kala) durasi waktu ini sering pula disebut saru mua, ketika muka
atau wajah kita sudah tiada jelas, samar-samar terlihat pada senja / petang
hari. Selanjutnya pada tengah malam atau dini hari (tengah lemeng). Inilah
durasi waktu seseorang tidak boleh clapat-clapat
Dalam
durasi waktu yang lebih panjang (siklus tahunan), larangan untuk tidak sering
ke luar rumah atau clapat-clapat ini juga disampaikan saat Sasih Wayah. Sasih
Wayah dimaksud jatuh pada pada sasih atau bulan ke-6 (Kanem), 7 (Kapitu) dan 8 (Kaulu) dalam
Kalender Bali. Dan , biasanya pada bula-bulan ini digelar Upacara Nangluk
Merana, semacam upacara ‘meruwat bumi’, karena bumi dan isinya sudah dianggap kotor,
banyak kasus-kasus gering (sakit) dan
merana (hama) terjadi.
Saat
ini kita dalam situasi terjangkit ‘gering' virus COVID-19. Situasinya sudah
menjadi pandemi, penyebarannya dunia. Salah satu cara yang dianggap paling
ampuh adalah melalui upaya ‘Social Distancing’; sebuah upaya untuk menghentikan atau
memperlambat kecepatan penyakit yang sangat mudah menular dengan cara mengurangi kontak antar warga. Karena virus
menular melalui kontak jarak dekat, maka, dengan mengurangi kontak, kita akan
mengurangi kemungkinan tertular atau menularkan virus. Apabila
sungguh-sungguh diterapkan dan dipatuhi bersama, penyebaran virus akan melambat
dan terhenti.
Dalam situasi dan kondisi seperti inilah saatnya kita menurunkan ego dan 'kesombongan', merunduk dan merendahkan diri, menuruti
nasehat ‘anak lingsir-lingsir zaman dulu’, dalam ‘piteket’ yang maha bijak ‘Eda Clapat-Clapat...!!!’
(➤ Catatan: Tawur
Kesanga, Sasih Kasanga, Anggara Wage
Pahang, 24 Maret 2020)
Komentar
Posting Komentar